TRANSMIGRAN SULTAN DI KALIMANTAN

   

 Transmigrasi berasal dari bahasa Belanda transmigratie yang mendefinisikan suatu program yang dibuat oleh pemerintah Indonesia untuk memindahkan penduduk dari suatu daerah yang padat penduduk atau kota ke daerah lain yang tidak padat atau desa di dalam wilayah Indonesia. Bagi penduduk yang melakukan transmigrasi maka disebut Transmigran.

    Setelah kemerdekaan Indonesia diakui oleh Belanda tahun 1949 di bawah pemerintahan Presiden Soekarno, program transmigrasi dilanjutkan dan diperluas cakupannya ke beberapa pulau di Indonesia seperti Pulau Sulawesi,Sumatra,Kalimantan sampai Papua. Pada puncaknya antara tahun 1979 dan 1984, 535.000 keluarga (hampir 2,5 juta jiwa) pindah tempat tinggal melalui program transmigrasi.

    Program transmigrasi yang telah dimulai sejak era pemerintahan Presiden Soekarno ternyata memberikan dampak nyata dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat. Selain membantu pemerataan penduduk, transmigrasi juga memberikan peluang bagi warga untuk mengelola lahan pertanian baru, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi mereka. Melalui pendampingan dan penyediaan fasilitas dasar, program ini berhasil membantu banyak keluarga untuk keluar dari kemiskinan dan membangun kehidupan yang lebih baik di tempat baru. 

    Baru-baru ini viral di TikTok sebuah video yang mengisahkan kesuksesan seorang pria transmigran asal Yogyakarta yang berhasil menjadi "Sultan" di Kalimantan. Video tersebut menarik perhatian banyak orang karena menceritakan perjalanan hidupnya yang inspiratif. Pria tersebut memulai kehidupannya dari nol sebagai transmigran yang menghadapi berbagai tantangan di tempat baru.

    Video berdurasi 8 menit 5 detik itu diunggah oleh akun Tiktok @jebres3. Dalam video itu tampak seorang pria melakukan penelusuran ke salah satu rumah mewah di Desa Limbung, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kuburaya, Kalimantan Barat.


    Rumah tersebut terlihat memiliki halaman yang sangat luas, menciptakan kesan megah dan lapang. Untuk mencapai pintu utama, pengunjung harus melewati jalan pribadi selebar 4 meter dengan panjang sekitar 10 meter. Jalan tersebut menambah kesan eksklusif dan memberikan privasi bagi penghuni rumah. Keunikan ini menjadikan rumah tersebut tampak istimewa dan mencuri perhatian.

    Di samping bangunan utama, tampak sebuah bangunan yang menyerupai menara dengan banyak jendela menghiasi sisinya. Menara tersebut memiliki bentuk yang unik dan menarik perhatian. Di bagian atapnya terdapat hiasan berbentuk mirip kubah yang memberikan sentuhan artistik. Kombinasi desain ini membuat bangunan terlihat megah dan estetik.


    Rumah mewah bak istana ini memiliki keunikan tersendiri yang menarik perhatian terutama pada desain pintu utamanya. Pintu tersebut didesain berbentuk seperti  wayang kulit. Desain ini memberikan sentuhan budaya yang khas dan mencerminkan keindahan seni tradisional Jawa. Kombinasi antara kemewahan dan nilai budaya membuat rumah ini semakin istimewa.


    Di bagian garasi terlihat sebuah mobil sedan mewah terparkir dengan rapi. Tidak jauh dari sana, di sudut belokan menuju pintu utama tampak sebuah motor matic berwarna merah yang biasanya digunakan untuk kepentingan sehari-hari. Sedangkan, kehadiran mobil sedan mewah di garasi tersebut mencerminkan prestis dan menambah kesan elegan pada rumah tersebut.

    Setelah berkeliling rumah bagian luar, pengunggah video kemudian ditemui seorang pria dengan busana yang sangat kental dengan adat Jawa. Pria tersebut bernama Pak Tukirin, pemilik rumah paling mewah di Desa Limbung.

    Pak Tukirin menceritakan panjang lebar tentang dirinya dan keluarganya termasuk perjalanan hidup mereka yang inspiratif. Ia mengungkapkan bahwa dulunya kawasan tempat tinggalnya yang kini menjadi rumah mewah merupakan bagian dari program Transmigrasi Sidomulyo.

    Pak Tukirin mengungkapkan bahwa dirinya adalah generasi ketiga dari keluarga transmigran asal Yogyakarta yang pindah ke Kalimantan. Ia menjelaskan bahwa yang pertama kali mengikuti program transmigrasi adalah kakeknya. Sejak itu, keluarganya menetap di Kalimantan dan menjalani kehidupan baru di sana.

  "Transmigrasi sekitar tahun 1955, zaman Pak Soekarno dulu. Jadi yang transmigrasi mbah saya. Sementara bapak ibu saya masih remaja saat transmigrasi," ujar Pak Tukirin. Dalam kata lain, program transmigrasi saat itu menjadi salah satu cara untuk membuka peluang baru bagi masyarakat di luar Pulau Kalimantan untuk mencari kehidupan di Pulau Kalimantan.

    Karena lahir dan besar di Kalimantan, Pak Tukirin sering menyebut dirinya sebagai orang berdarah Jawa dengan daging Pontianak atau yang dikenal dengan istilah Jawa Pontianak. Meskipun ia memiliki keturunan Jawa, kehidupannya yang tumbuh di Pontianak memberikan pengaruh yang kuat dalam membentuk identitas dirinya.

    Pada tahun 1955, kakeknya Pak Tukirin mengikuti program transmigrasi yang diselenggarakan pemerintah. Saat itu, kawasan Sidomulyo masih berupa hutan belantara yang luas dan belum terjamah oleh banyak orang. Dalam perjalanan hidupnya ia menyaksikan perubahan besar yang terjadi di kawasan tersebut. Dari hutan yang dulu sepi dan tak terjamah kini berkembang menjadi tempat yang ramai.

    "Dapat satu rumah dari batang kayu. Dindingnya kayu, lantainya kayu, atapnya daun nipah, lahannya masih batu-bata besar," Ujar Pak Turin. Saat itu rumah transmigrasi yang disediakan jauh dari layak huni. Karena pada tahun tersebut masih permulaan pembangunan pemerintah karena baru 10 tahun Indonesia merdeka.

    Pak Tukirin juga mengatakan bahwa pemerintah memberikan jatah hidup selama 10 tahun bagi warga transmigran. Dalam program ini, keluarga transmigran akan mendapatkan bantuan berupa beras, ikan asin, dan bulgur untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bantuan tersebut diharapkan dapat membantu warga transmigran dalam menjalani kehidupan baru mereka.



Ditulis Oleh: Mochammad Gatot

Source: https://www.dream.co.id/stories/cerita-pak-tukirin-dari-keluarga-transmigrans-jawa-yang-sukses-bangun-istana-megah-di-kalimantan-des.html



Komentar

Postingan populer dari blog ini

SARAPAN PAGI ITU, PENTING!

Mengulik Organisasi di PKJ 2 dan Pentingnya Berorganisasi

Dies Natalis ke-15 Hadirkan Konsep Berbeda