Menyontek Cikal Bakal Korupsi

 

Menyontek (cheating) adalah perilaku atau perbuatan curang yang dilakukan untuk menghindari kegagalan hasil ujian atau nilai akademis menggunakan cara tidak jujur seperti; melihat hasil jawaban orang lain, menulis catatan kecil di meja, telapak tangan, atau sobekan kertas yang tersembunyi, melihat buku pedoman, catatan atau media elektronik (Hand Phone).

Menurut Anderman dan Murdock (2007), menyontek adalah memberikan, menggunakan ataupun menerima segala informasi, menggunakan materi yang dilarang digunakan dan memanfaatkan kelemahan seseorang, prosedur ataupun suatu proses untuk mendapatkan suatu keuntungan yang dilakukan pada tugas-tugas akademik.

Menyontek, dewasa ini sudah seperti hal yang biasa dilakukan dikalangan pelajar. Ketidakpercayadirian dalam diri pelajar menjadi salah satu faktor pelajar tersebut melakukan cheating.

Pelaksanaan ujian secara less paper justru meningkatkan kecenderungan pelajar untuk menyontek. Mengapa demikian? Kemudahan dalam mengakses mesin pencarian seperti google, membuat pelajar seperti dimudahkan jalannya untuk mencari jawaban ujian, apalagi situasi daring seperti ini di mana tidak maksimalnya pengawasan  tenaga pendidik kepada pelajar.

Faktor-faktor yang bisa meningkatkan perilaku pelajar untuk menyontek ada banyak sekali, diantaranya yang utama adalah ada tuntutan dari dalam diri/lingkungan sekitar terhadap pelajar untuk bisa mendapat nilai tinggi. Sehingga adanya doktrin bahwa nilai adalah segalanya. Dengan doktrin itu maka seseorang bisa menghalalkan segala cara untuk bisa mendapat nilai yang baik

Kedua, kepercayaan diri yang rendah. Pelajar seringkali ketakutan tidak bisa mengerjakan soal ujian atau mendapatkan nilai buruk jika mereka tidak menyontek. Rendahnya kepercayaan diri ini mendorong terjadinya perilaku menyontek.

Ketiga, kurangnya pengawasan. Menyontek bisa terjadi jika ada kesempatan. Tidak sedikit pengawas dosen/guru membiarkan siswa/mahasiswa menyontek. Pengawasan saat ujian juga kurang ketat.

Nilai kejujuran yang kurang  menjadikan menyontek seperti budaya. Tidak ada lagi rasa malu dan takut. Sistem dan lingkungan seolah menganggap menyontek adalah hal yang lumrah. Kebiasaan yang terus menerus seperti ini tanpa sadar menjadi cikal bakal korupsi dan akan terbawa terus sampai dewasa bahkan sampai tua. Pelajar yang terbiasa menyontek dan tidak merasa malu telah melakukannya, ketika dewasa ia menjadi pejabat, maka praktik korupsi tidak menutup kemungkinan bisa ia lakukan.

Menyontek tanpa disadari bukan hanya merugikan diri sendiri, namun juga merugikan  orang lain yang telah bersungguh-sungguh belajar. Seseorang yang menyontek tidak akan peduli pada orang lain, mereka hanya peduli pada kepentingannya sendiri untuk mendapatkan sebuah kepuasan dari pencapaian nilai yang tinggi. Apabila karakter ini tidak ditangani dan berlanjut hingga dewasa, maka korupsi bisa menjadi langkah yang diambil untuk mendapat kepuasan dari kekayaan yang didapat tanpa memperdulikan orang lain.

Menyontek dan korupsi itu hanya beda skala dan katanya saja. Dua duanya sama sama menghalalkan segala cara untuk mendapat kepuasan pribadi dengan merugikan orang lain. Keduanya juga merupakan tindakan tak terpuji.

Memutus kebiasann menyontek pada pelajar memang hal yang sulit dilakukan, namun untuk mewujudkan Negara Indonesia bebas korupsi, semuanya bisa dimulai dari hal kecil seperti mencegah pelajar menyontek. Hal ini bisa dimulai dari penanaman karakter sejak dini tentang buruknya dan tercelanya perbuatan menyontek. Selain itu juga lingkungan sekitar harus bisa menjelaskan bahwa nilai bukan segalanya dalam dunia pendidikan. Karakter dan ilmu yang didapat yang perlu diapresiasi. Dosen/guru selaku pengawas ujian juga sebaiknya melakukan pengawasan yang ketat dan membuat sistem ujian yang sekiranya memungkinkan untuk meminimalisir terjadinya kegiatan contek menyontek. Peraturan tegas dan sanksi jika menyontek juga  harus diterapkan dilingkungan pembelajaran. Karena sejatinya kejahatan bukan hanya ada niat, tapi juga karena ada kesempatan.

Salma Destiliana ANFAR'21

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SARAPAN PAGI ITU, PENTING!

Mengulik Organisasi di PKJ 2 dan Pentingnya Berorganisasi

Dies Natalis ke-15 Hadirkan Konsep Berbeda